top of page
  • Novi Amaliyah

Peran Napoleon Bonaparte Dibalik Terciptanya Nutella

Siapa tak jatuh cinta dengan citarasa cokelat oles Nutella yang terkenal di seantero dunia ini? Kenikmatan dari paduan cokelat dengan kacang hazelnut itu seolah tak ada duanya. Paduan itu tercipta begitu saja seperti layaknya paduan lada dan garam atau butter dan roti. Ternyata tidak, terciptanya paduan cokelat dan kacang hazelnut ini punya sejarah yang panjang. Bahkan seorang Napoleon Bonaparte ikut terlibat dibalik terciptanya paduan cokelat paling favorit satu ini.

Jadi bisa dibilang leluhur cokelat oles Nutella berasal dari sebuah olahan bernama gianduia yang merupakan paduan cokelat dan kacang hazelnut. Kisah kelahiran gianduia sendiri seringkali dikaitkan dengan berbagai label produk cokelat, termasuk Nutella. Kisah ini bermula di Turin, Italia pada pergantian abad ke-19. Dimana sebagian besar sejarahwan sepakat bahwa pada awal 1800-an, Turin telah lama memegang peranan menjadi ibukota cokelat Eropa saat itu. Tetapi pada tahun 1806, keunggulan ini di ujung keruntuhan. Napoleon Bonaparte dan French Grande Armée-nya bergerak, menaklukkan Eropa atas nama pencerahan sosial. Ketegangan antara Prancis dan Inggris telah memuncak dalam serangkaian blokade laut dan embargo perdagangan. Pada akhir musim gugur, Napoleon memberlakukan Continental System dimana blokade besar-besaran yang menghentikan semua perdagangan antara kerajaan di pulau dan negara mana pun di bawah kekaisaran yang kelak dikenal dengan Italia. Di bawah blokade ini, Turin kesulitan mendapatkan pasokan utama kakao utamanya yang berasal dari Inggris. Dimana Inggris dengan kekuatan dominan dalam perdagangan maritim yang menguasai jalur utama dalam arus kakao antara Mesoamerika dan Eropa. Karena tidak bisa mendapatkan pasokan kakao dari Inggris, Turin memerlukan solusi cepat untuk menambah pasokan mereka agar tetap dalam bisnis.  Daerah sekitar Piedmont, ditumbuhi dengan pohon hazelnut dengan hasil yang melimpah. Akhirnya mereka menggunakan kacang hazelnut. Saat digiling, hazelnut bisa mengganti tekstur bubuk kakao, yang berarti bahwa kacang-kacangan dapat digunakan untuk mendapatkan tekstur cokelat yang diinginkan untuk membuat adonan kental seperti ganache. Dalam versi cerita ini, pembuat cokelat Turin mendukung industri lokal, dengan memanfaatkan sumber daya mereka untuk menciptakan produk baru yang brilian. Paduan yang akhirnya bertahan dalam popularitas selama berabad-abad. Pada saat itu, cokelat dikonsumsi dalam bentuk cair daripada dalam bentuk pasta tebal atau cokelat batang yang padat. Setelah 90 tahun memproduksi suguhan itu dengan damai,  para penghasil cokelat Turin menghadapi periode baru ketidakpastian dengan dimulainya Perang Dunia II. 

Seperti halnya blokade Napoleon, permulaan perang membawa jatah makanan dan persediaan kakao terbatas secara drastis. Pada tahun 1946, Pastry Chef Piedmont, Pietro Ferrero, terinspirasi oleh gianduiotti dan nenek moyangnya yang chocolatier, menciptakan pasta kental menggunakan hazelnut, gula, dan sedikit cokelat yang tersedia. Dia membentuk pasta menjadi dalam bentuk roti dan menamainya Giandujot. Saat itu Giandujot, yang begitu padat dan tebal sehingga harus dipotong dengan pisau, dan masih terlalu mahal untuk khalayak ramai bisa menikmatinya. Pada tahun 1951, Ferrero merevolusi industri dengan menghadirkannya dalam bentuk yang bisa dioles dengan nama La Supercrema, namun masih tetap mahal. Karenanya La Supercrema dinikmati hanya untuk acara-acara yang sangat istimewa atau acara khusus seperti perayaan Natal dan Paskah. Pada tahun 1961, putra Ferrero yang bernama Michele, sekali lagi menyesuaikan resep. Ia menambahkan minyak sawit dan membuatnya menjadi produksi massal. Spread baru diganti nama menjadi Nutella, dan kemudian menjadi sarapan dan makanan ringan umum di seluruh Eropa, mendarat pertama di Asia dan kemudian Amerika Serikat pada awal 1980-an. Dominasi dunia Nutella pasti akan membuat Napoleon menjadi iri.


Foto.Dok.Istimewa

bottom of page