top of page
  • Novi Amaliyah

Flexitarian, Diet Gizi Seimbang Untuk Memperbaiki Pola Makan Buruk Selama Pandemi


Pandemi COVID-19 memaksa semua orang melakukan aktivitas di rumah seperti bekerja dari rumah. Pada awal-awal kegiatan WFH atau bekerja dari rumah membuat senang masyarakat. Namun belakangan karena tidak bisa pergi bekerja ke kantor atau sekedar ngopi dan makan di luar seperti biasa berimbas meningkatkan stress bagi masyarakat.

Tingkat stress yang tinggi membuat orang cenderung banyak makan dibandingkan melakukan aktivitas.


“Saat stress biasanya yang dilakukan orang adalah dengan mencari makanan di rumah dengan membuka kulkas dan mengonsumsi apa saja yang ada. Stress bisa berdampak juga pada berat badan karena banyak mengonsumsi makanan daripada biasanya,” jelas Richard Anthony CEO dan Presiden Direktur Re.juve dalam Webinar “Flexitarian: Sustaining the Healthy Habits with Real Food”.


Menurut Richard selama WFH beberapa orang mengalami sindrome Quarantine 15 yakni mengalami kenaikan berat badan hingga mencapai 8 kg. Walaupun demikian menurut Ricahrd tidak semua orang yang mengalami hal tersebut. Untuk itu diperlukan gaya hidup yang baik untuk menjaga kesehatan di masa pandemi, salah satunya bisa mengikuti gaya hidup Flexitarian.


Diet flexitarian adalah pengaturan pola makan yang lebih mengutamakan konsumsi pangan dari nabati, terutama jenis sayur dan buah. Selain mengutamakan konsumsi sayur dan buah dengan porsi yang lebih banyak, makanan lain yang dapat dikonsumsi adalah kacang-kacangan dan produk turunannya, susu dan produk turunannya, gandum utuh dan biji-bijian utuh lainnya.


“Sebanyak 93,6 persen masyarakat Indonesia belum mengonsumsi sayur dan buah setiap harinya dalam porsi yang cukup untuk tubuh. Di sini, metode flexitarian bisa menjadi pilihan yang tergolong cukup mudah untuk diadopsi oleh orang-orang yang baru memulai menerapkan gaya hidup sehat dan berkelanjutan. Dengan konsisten mengonsumsi buah dan sayur sebagai porsi utama setiap harinya, masyarakat dapat merasakan berbagai manfaat baik dari metode ini. National Center for Biotechnology Information juga mengungkapkan bahwa salah satu manfaat flexitarian adalah berkurangnya risiko berbagai penyakit degeneratif seperti penyakit jantung hingga 32 persen, turunnya berat badan secara stabil dan konsisten, serta bertahannya kemampuan memori,” jelas Dr. Rita Ramayulis DCN, M.Kes, selaku konsultan gizi.


Menurutnya masyarakat harus lebih cermat dalam memilih pola makan yang lebih sehat namun fleksibel. Tujuannya, agar masyarakat dapat mendapatkan manfaat terbaik dari jenis pola makan yang dipilih tanpa khawatir kekurangan nutrisi dan energi.


bottom of page