Kekhawatiran warga dunia dengan perubahan iklim yang kian nyata membuat mereka terus berupaya untuk mencegah kenaikan suhu. Karena itu semakin berbahaya bagi kelestarian lingkungan hidup. Siapa pun sebenarnya juga bisa ikut berpartisipasi dalam langkah nyata untuk menyelamatkan bumi dengan cara sederhana. Salah satunya dengan mengonsumsi makanan sehari-hari yang dapat mencegah pemanasan global dan perubahan iklim.
“Pola makan seseorang akan menghasilkan jejak karbon yang berbeda-beda. Ketika seorang mengonsumsi daging akan menghasilkan 3,3 CO2 per 2.600 kilo kalori dari makanan yang dikonsumsi, sedangkan bagi vegan hanya menghasilkan 1,5 CO2 per jumlah kalori yang sama. Pola makan yang menghasilkan emisi tinggi dapat mengancam kapasitas dan daya tahan bumi dalam menyediakan lingkungan yang sehat," jelas Helga Angelina, Co-Founder and Managing Director Burgereens.
Berdasarkan riset dari Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA). Riset yang sama menunjukan bahwa intensitas emisi yang dihasilkan dari konsumsi daging yaitu 14,1 gr karbon dioksida per kilo kalori, sementara ketika mengonsumsi gandum dan sereal hanya 1,3 gr karbon dioksida per kalori. Dan ternyata, mengonsumsi bahan pangan dengan contoh daging sapi ternak berdampak negatif terhadap kesehatan lingkungan. Itu disebabkan karena membutuhkan lahan yang luas, pemborosan penggunaan air, tingginya jumlah limbah, hingga berkonstribusi pada perubahan iklim.
Diskusi tentang perubahan iklim dengan tema Produksi dan Konsumsi yang Bertanggung Jawab Ala Mediterania ini diselenggarakan oleh delegasi Uni Eropa untuk Indonesia yang bekerja sama dengan Istituto Italiano di Cultura. Pada acara ini dihadiri oleh Maria Battaglia Direktur Istituto Italiano di Cultura, Michael Bucki, Konselor Perubahan Iklim dan Lingkungan Hidup Delegasi Uni Eropa untuk Indonesia, dan Max Mandias, Co-founder and Executive Chef Burgreens yang membawakan beberapa kreasi sajian vegan yang juga ramah lingkungan.
Kommentare