top of page
  • Novi Amaliyah

3 Cara Mondelez Ajak Ngemil Bijak di Tengah Pandemi



Disadari atau tidak perubahan kegiatan sehari-hari di masa pandemic COVID-19 ini dimana masyarakat lebih banyak untuk berkegiatan di rumah termasuk bekerja. Perubahan kegiatan sehari-hari yang biasanya banyak dilakukan di luar rumah bergeser dan menjadi tinggal di rumah. Yang berarti juga jadi tidak bisa nongkrong di tempat kopi favorit dengan teman-teman. Gantinya dengan ngemil di rumah sambil bekerja.


Khawatir dengan kebiasaan ngemil berlebih selama bekerja dari rumah di tengah pandemi, Mondelez Indonesia meluncurkan kampanye #NgemilBijak untuk mendorong setiap orang lebih bijak mengkonsumsi camilan sehingga bisa mendapatkan manfaat secara lebih seimbang, baik untuk tubuh maupun pikiran.


“Kampanye #NgemilBijak merupakan inspirasi agar masyarakat memilih camilan yang tepat, mengkonsumsinya juga pada waktu yang tepat, serta menikmati camilan dengan cara yang tepat pula. Kampanye ini sejalan dengan tujuan global dari Mondelez International, yakni ‘Empower People to Snack Right’, untuk terus menginspirasi masyarakat mengkonsumsi camilan secara lebih bijak melalui produk-produknya Mondelez seperti biskuit Oreo, cokelat Cadbury atau keju KRAFT”, jelas Khrisma Fitriasari selaku Head of Corporate Communication Mondelez Indonesia.


Sebelumnya Mondelez Internasional mempublikasikan hasil studi bertajuk The State of Snacking yang memotret kebiasaan ngemil secara global dari 11 negara. Berdasarkan riset ini orang Indonesia diketahui suka ngemil bahkan 23% lebih banyak daripada rata-rata global. Dalam hasil studi dijelaskan bahawa rata-rata orang Indonesia bergantung pada camilan untuk memenuhi kebutuhan mental dan emosional.


Sementara itu Psikolog Klinis Tara De Thouars menjelaskan bahwa kebiasaan ngemil berlebih memang sangat rentan terjadi selama pandemi ketika orang-orang lebih banyak tinggal di rumah. Hal tersebut dipicu oleh rasa bosan atau kondisi emosi tidak stabil dikarenakan perubahan kebiasaan yang mendadak, ataupun ketakutan akan pandemi itu sendiri.Ngemil seperti ini lebih dikenal dengan sebutan emotional eater.


“Saat tekanan emosional hadir, tubuh seolah memberikan sinyal yang mirip seperti rasa lapar. Sebenarnya sinyal tersebut hanyalah respon terhadap perasaan yang menjadi pelarian dari emosi negatif. Jika dorongan tersebut terus diikuti, tentu tubuh akan kelebihan asupan dan tentunya akan semakin beresiko jika dilakukan secara berulang,” jelas Tara.



Tara juga menambahkan, pentingnya menyadari apa yang kita cemil dan mengkonsumsinya dengan penuh perhatian adalah inti dari ngemil lebih bijak. Berikut tiga langkah sederhana untuk dilakukan agar kegiatan ngemil kamu lebih bijak, kamu juga tidak mau kan berat badan bertambah kerena kebanyakan ngemil.


1. Kenali isyarat tubuh saat tubuh ingin ngemil, misalnya apakah karena lapar ataukah perlu untuk mengembalikan mood.

2. Setelah itu memilih camilan apa yang tepat berdasarkan isyarat tubuh tersebut, tentunya dengan memperhatikan porsi camilan dan waktu ketika ngemil.

3. Saat akhirnya bisa ngemil perhatikan bagaimana kamu ngemil, dengan memaksimalkan semua indera, karena kamu akan dapat mengenali isyarat tubuh, kapan harus berhenti ngemil.


“Kegiatan ngemil sebaiknya dilakukan secara sadar agar manfaat bisa didapatkan. Makanlah secara perlahan dan nikmati setiap gigitannya. Ajak seluruh indera tubuh untuk terlibat, mulai dari memperhatikan bentuk, mencium aroma, menikmati rasa, hingga sensasi suara saat menggigit atau mengunyah camilan,” urai Tara.


Tara juga menambahkan, kebiasaan ngemil sesungguhnya bisa menjadi solusi untuk memenuhi kebutuhan kalori harian dan menjaga stabilitas metabolisme tubuh, asal dilakukan dengan bijak. Selama bulan ramadan, kebiasaan ngemil pun perlu disesuaikan mengingat terbatasnya waktu makan. Namun, sebagian orang terkadang tidak bisa makan banyak saat sahur ataupun berbuka sehingga lebih berisiko akan kekurangan asupan kalori. Padahal kebutuhan kalori harian tubuh tetap sama, baik berpuasa ataupun tidak.

bottom of page