top of page
  • Novi Amaliyah

Arti dan Filosofi Kue Keranjang Khas Imlek



Kue keranjang, kudapan manis khas Imlek ini terbuat dari beras ketan dan gula aren serta memiliki tekstur kenyal dan lengket. Saat Imlek sajian manis ini menjadi salah satu sajian yang paling diburu. Kue keranjang atau nian gao ini memiliki arti tahun yang lebih sejahtera. Dalam dialek Hokkian Ti Kwe, karena wadah yang dibuat untuk mencetaknya berbentuk keranjang tak heran kue ini dikenal dengan nama kue keranjang, dodol Cina atau nian gao.

Kue satu ini dapat disimpan lama, selain bisa disantap langsung kue ini juga bisa dijadikan dalam sajian lain seperti digoreng dalam balutan tepung kemudian disajikan panas-panas. Bisa juga dijadikan bubur dengan dikukus kemudian ditambahkan bumbu kesukaan.


Kue keranjang menjadi salah satu sajian yang dihadirkan untuk sembahyang dan jamuan saat Imlek. Biasanya kue keranjang disusun di atas kue mangkok warna merah Harapannya adalah agar memiliki kehidupan yang manis dan menanjak di tahun baru mendatang. Kue keranjang mulai dipergunakan sebagai sesaji pada upacara sembahyang leluhur, tujuh hari menjelang tahun baru Imlek Ji Si Sang Ang, dan puncaknya pada malam menjelang tahun baru Imlek. Sebagai sesaji, kue ini biasanya tidak dimakan sampai Cap Go Meh atau malam ke-15 setelah tahun baru Imlek.


Konon pada awalnya kue, ini ditujukan sebagai hidangan untuk menyenangkan dewa Tungku Cau Kun Kong agar membawa laporan yang menyenangkan kepada raja Surga Giok Hong Siang Te. Selain itu, dari bentuknya yang bulat kue ini memiliki makna agar keluarga yang merayakan Imlek dapat terus bersatu, rukun dalam menghadapi tahun yang akan datang.

bottom of page