top of page
  • Novi Amaliyah

Terasi, Penyedap Masakan yang Populer Sejak Zaman Kerajaan

Terasi, bahan makanan dengan aroma khas ini tak bisa dipisahkan dari khazanah kuliner Indonesia. Bahan makanan satu ini bisa dibilang menjadi bumbu penyedap pada masakan sebelum dikenal adanya penyedap rasa seperti vetsin atau msg. Sambal terasa tidak nikmat jika tanpa tambahan terasi.

Terasi sendiri terbuat dari hasil fermentasi udang yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah shrimp paste sedangkan dalam bahasa Belanda disebut trassi. Terasi dibuat menggunakan bibit-bibit terasi dan campuran bahan baku udang, beberapa menambahkan garam maupun bumbu penyedap yang kemudian digiling, dijemur, dan dikemas. Dalam sejarahnya terasi telah menjadi komoditas Kota Cirebon. Di tahun 1445 M, terasi dibuat oleh industri rumahan di Cirebon menggunakan alat sederhana berupa lumpang dan alu. Kepopuleran terasi membuat orang dari daerah-daerah sekitar seperti Pasambangan, Rajagaluh, dan Palimanan datang berduyun-duyun datang untuk membeli terasi. Pada saat itu terasi bahkan menjadi salah satu upeti yang dibawa Cirebon untuk Kerajaan Galuh (Kerajaan Sunda Timur). Berbeda dengan petis yang merupakan khas Indonesia, terasi dikenal dan dikonsumsi oleh penduduk Asia Tenggara dan Tiongkok Selatan. Di beberapa negara seperti Indonesia, Malaysia, Singapura, Filipina, Thailand, hingga Vietnam mengenal terasi dengan berbagai variasi dan istilahnya sendiri. Di Malaysia terasi dikenal sebagai belachan atau belacan, Kapi di Thailand, Mam Ruoc atau Mam Tep atau Mam Tom di Vietnam, di Filipina disebut Bagoong Alamang atau Bagoong Aramang, dan Heko dalam dialek Tionghoa dimana He yang berarti udang.

bottom of page